MAKALAH
SEJARAH
PERKEMBANGAN FILSAFAT SAINS DARI ZAMAN KE ZAMAN
Oleh
:
Dza’ina Dzuun Ni’mah
123654210
PROGRAM
PENDIDIKAN SAINS
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sifat keingintahuan manusia merupakan awal munculnya Ilmu
sains atau Ilmu pengetahuan. Karena adanya rasa ingin tahu itulah manusia
berfikir dan melakukan penelitian serta percobaan sehingga mendapat penemuan
yang selanjutnya menjadi pengetahuan baru oleh manusia. Dari sana munculah
peneliti-peneliti dan penemu-penemu yang terus menerus melakukan eksperimen
sehingga teori-teori tersebut mendapat perkembangan dari zaman ke zaman. Meski
beberapa penemuan yang dikemukakan terkadang memiliki perbedaaan pendapat satu
sama lain, namun hakikatnya semua penemuan tersebut saling melengkapi. Dari beberapa filsafat
ilmu pengetahuan yang muncul dari zaman Yunani Kuno sampai zaman modern,
filsafat yang dominan, proses penemuan pengetahuan dan hasil pengetahuan yang
dipengaruhi perkembangan filsafat sains tersebut serta konsep, teori, dan hukum
yang diperdebatkan akan dibahas oleh penulis di dalam makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, ada tiga
rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Filsafat
manakah yang lebih dominan dari perkembangan filsafat sains pada zaman Yunani,
zaman pertengahan, Renaisans, dan zaman sains modern?
2. Bagaimanakah
proses penemuan pengetahuan dan hasil pengetahuan yang dipengaruhi perkembangan
filsafat sains dari zaman Yunani, zaman pertengahan, Renaisans, dan zaman sains
modern?
3. Konsep,
teori, dan hukum yang diperdebatkan pada zaman Yunani, zaman pertengahan,
Renaisans, dan zaman sains modern?
C.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui
perkembangan yang lebih dominan filsafat sains pada zaman Yunani, zaman
pertengahan, Renaisans, dan zaman sains modern.
2. Mengetahui
proses penemuan serta memahami hasil pengetahuan dari perkembangan filsafat
sains pada zaman Yunani, zaman pertengahan, Renaisans, dan zaman sains modern.
3. Mengetahui
konsep, teori, dan hukum yang diperdebatkan pada zaman Yunani, zaman
pertengahan, Renaisans, dan zaman sains modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Filsafat Dominan di Tiap Zaman
1.
Zaman Yunani Kuno
Ilmu
pengetahuan abad ke-20 telah mengubah segalanya, kemajuan- kemajuan
serupa itu sebenarnya telah terjadi di masa-masa sebelumnya. Salah satunya
terjadi kira-kira tahun 2500 SM, ketika ”Stonehenge’’ didirikan di Inggris dan
‘’Piramida’’ dibangun di Mesir. Kedua monument ini menyatukan gagasan
astronomis dan religius yang kecanggihannya tidak sepenuhnya di ketahui hingga
abad ini. Penyelidikan mendalam tentang Stonehenge dan piramida-piramida tersebut
mengungkap pengetahuan matematika yang mengejutkan. Orang yang membangun kedua
monumen ini telah memahami istilah-istilah praktis yang paling sederhana
tentang hubungan antara dua sisi tegak dengan sisi miring dari segitiga
siki-siku yang tertentu. Dengan kata lain mereka telah memahami dasar dari apa
yang kita kenal sebagai dalil Pythagoras sekitar 2000 tahun sebelum
Pythagoras lahir. Pengaruh
matematika Yunani berlanjut selama beraba-abad. Aritmatika, Geometri dan
aljabar yang masih banyak digunakan saat ini. Phytagoras sebagai salah satu
tokoh yang memiliki gagasan bahwa segala sesuatu di semesta dapat dinyatakan
dengan angka.
2.
Zaman Pertengahan atau Islam Klasik
Sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan lainnya juga mengungkapkan tentang peranan dunia
islam di dalamnya. Sekitar abad ke 7 M. Pada zaman Bani Umayyah, orang islam
menemukan cara pengamatan astronomi. Kemudian pada tahun 825 M. M.
AL-khawarizmi telah menyusun buku aljabar yang menjadi buku standar
beberapa abad lamanya di Eropa.
3.
Zaman Renaisance
a) Bersifat individualistis
Zaman ini
kita boleh katakan bahwa orang menemukan dua hal yaitu dunia dan dirinya
sendiri. Orang mulai menemukan bahwa pengenalan akan dirinya sendiri merupakan
suatu nilai dan sekaligus menjadi kekuatan bagi pribadinya. Penemuan akan
kemampuan yang ada pada diri sendiri jusrtu membuka peluang bagi kelanjutan
kreatifitas yaang mau dilakukan oleh manusia. Dalam suasana seperti ini muncullah
suatu kesadaran akan kemampuan yang didasarkan pada rasio mansuia sendiri. Tak
secara langsung orang mulai masuk pada sikap individualitas. Namun perlu
diingat bahwa sikap ini sama sekali tidak punya arti yang sangat sempit. Dalam
bidang filsafat misalnya, para pemikir berpendapat bahwa kretifitas yang
ditunjuk lewat penemuan-penemuan tiada sedikitpun terikat pada wibawa apapun
atau pada suatu keyakinan bersama. Kebenaran hendaknya harus dicapai pada
kekuatan sendiri. Orang ingin menentukan sendiri apa yang harus diselidiki.
Dengan jelas kita boleh katakan bahwa zaman ini cenderung pada sikap yang
individual.
Lewat
zaman inipun kita boleh temukan sejarah yang menampilkan banyak teori yang
dipaparkan oleh orang-orang tertentu. Titik tolak dari individualitas ini
didasarkan pada kebebasan mutlak bagi pemikiran dan penelitian, bebas dari pada
tiap wibawa dan tradisi tertentu. Pengetahuan yang pasti bukan didapatkan dari
pewarisan melainkan dari apa yang diperoleh manusia sendiri lewat kekuatan
sendiri.
b) Sifat humanisme
Dalam masa
renaissance dicanangkannya humanisme sebagai nilai yang diunggulkan dalam usaha
memahami permasalahan manusia dan kemanusiaan. Orang tidak lagi menghayati
hidup dan pikirannya dengan memusatkan perhatian pada yang ilahi dalam hal ini
yang bersifat Teosentris tetapi berusaha menampilkan diri sebagai manusia yang
keratif. Paham Teosentris mulai bergeser menuju paham antroposentris. Sebuah
paradigma yang menitik tolakan pemikiran, pengembangan ilmu dan perdaban pada
manusia sebagai pusatnya. Di Italia pada abad 14 kata humanis sudah lazim
dipakai. Para sarjana pemikir renaissance mempopulerkan istilah ini sampai pada
abad 16. Paham humnisme ini tidak berhenti pada zaman ini. Paham ini berjalan
terus sehingga memberikan sumbangan yang beser terhadap dunia. Dimana nilai
kemartabatan mansuia dipandang begitu berharga. Hak ini bisa kita lihat dan
nikmati sendiri pada zamn kita ini yaitu diresmikannya piagam hak-hak asasi
manusia yang berlaku untuk seluruh dunia pada tahun 1948.
4. Zaman Modern
Sains modern semakin mempertegas posisinya dalam gerakan
positivisme abad 19. Istilah positivisme diperkenalkan oleh Augusto Comte .
“Positif” berarti teori yang bertujuan untuk penyusunan fakta-fakta yang
teramati. Dengan kata lain, positif sama dengan faktual, atau apa yang
berdasarkan fakta-fakta. Dalam hal ini, positivisme menetapkan bahwa
pengetahuan hendaknya tidak melampaui fakta-fakta. Oleh karena itu,
konsekuensinya, metafisika harus ditolak.
Selanjutnya, fakta dimengerti sebagai fenomena yang dapat diobservasi,
maka positivisme selalu terkait dengan empirisme. Yang dianggap pengetahuan
sejati adalah pengalaman yang bersifat lahiriah, dan yang bisa diuji secara
inderawi, oleh karena itu, positivisme adalah empirisme yang diradikalkan.
B.
Proses Penemuan Pengetahuan
1.
Zaman Yunani Kuno
Arsitektur ( bangunan yang
dikerjakan menjadi suatu desain yang estetik) mulai berakhir di Yunani dari
akhir periode Mycenaean ( sekitar 1200 BC) sampai abad ke 7 BC, manakala
kehidupan kota dan kemakmuran kembali dan sampai batas di mana gedung
pemerintah dapat dikerjakan. Tetapi sejak bangunan Yunani kuno berada di
Archaic dan awal periode klasik dibuat dari kayu atau tanah liat, tidak ada
apapun sisa reruntuhan di antara bangunan tersebut kecuali tanah dan di sana
hampir tidak ada sumber tertulis tentang awal arsitektur atau uraian dari
bangunan tersebut. Kebanyakan pengetahuan tentang Arsitektur Yunani datang dari
minoritas bangunan yang menyangkut gaya klasik,Hellenistic dan periode Roma
(sejak arsitektur roma mengikuti gaya Yunani). Ini berarti hanya kuil yang
bangunannya kuat yang bertahan.
Arsitektur, seperti lukisan dan
pahatan tidak dilihat sebagai suatu "seni" pada Periode Yunani jaman
kuno. Arsitek adalah seorang tukang yang ahli yang dipekerjakan oleh bangsawan
atau orang kaya. Tidak ada perbedaan antara arsitek dan pemborong bangunan.
Arsitek merancang bangunan, menyewa tenaga kerja dan tenaga ahli untuk
membangun dan bertanggung jawab atas anggaran dan penyelesaian tepat waktu
kedua-duanya. Ia tidak menikmati statusnya, tidak seperti arsitek pada bangunan
modern. Bahkan nama arsitek tidak dikenal sebelum abad ke 5. Seorang arsitek
seperti Iktinos, yang merancang Parthenon, yang hari ini dinilai sebagai
seorang arsitektur yang genius, diperlakukan pada waktu itu dalam seumur
hidupnya tidak lebih daripada seorang pedagang.
Bentuk standar Gedung pemerintah
Yunani dikenal mempunyai bantuk yang sama dari Parthenon, dan bahkan bangsa
Roma membangun bangunan mereka ,engikuti gaya Yunani, seperti Kuil untuk semua
dewa di Roma. Bangunan pada umumnya membentuk suatu dadu atau kubus ataupun
suatu segiempat panjang dan dibuat dari batu gamping. Pualam adalah suatu
material bangunan mahal di Yunani: pualam mutu tinggi datang hanya dari Mt
Pentelus di Attica dan dari beberapa pulau seperti Paros, dan jalur
transportasinya sangat sulit. Batu pualam digunakan dalam pahatan dekorasi,
tidak berstruktur, kecuali di dalam bangunan paling agung periode zaman Klasik
seperti Parthenon.
Titik dari atap Yunani yang rendah
membuat suatu bentuk persegi tiga pada masing-masing tepi bangunan, pediment,
yang mana pada umumnya diisi dengan dekorasi pahatan. Sepanjang sisi dari
bangunan, antara kolom dan atap, adalah suatu baris blok sekarang dikenal
sebagai entablature, yang permukaannya menyajikan suatu ruangang untuk memahat,
dekorasi yang dikenal sebagai metopes dan triglyphs. Tidak ada yang dapat
menyelamatkan bagunan Yunani dari keruntuhan, tetapi bangunan aslinya dapat
dilihat pada beberapa tiruan dari bangunan modern Yunani, seperti Yunani Akademi
Nasional yang membangun di Athena.
Format Arsitektur umum lainnya yang
digunakan dalam arsitektur Yunani adalah tholos, suatu struktur lingkaran
dimana contoh yang terbaik adalah pada Delphi (lihat gambar 1.3) dan tujuan
religiusnya adalah melayani pemuja kuil, propylon atau serambi, yang mengapit
pintu masuk ke ruangan terbuka dan cagar alam ( contoh yang terbaik yang
dikenal adalah pada Acropolis Athens), dan stoa, suatu aula yang sempit panjang
dengan suatu colonnade terbuka pada satu sisi yang digunakan untuk mengatur
barisan kolom kuil Yunani. Suatu stoa yang telah dipugar adalah Stoa Attalus
dapat dilihat di Athena.
Dasar dari segiempat panjang atau
kubus pada umumnya diapit oleh colonnades ( baris kolom) pada bagian atas baik
dua maupun pada keempat sisinya. Ini adalah format dari Parthenon. Sebagai
alternatif, suatu bangunan berbentuk kubus akan membuat suatu serambi
bertiang-tiang ( atau pronaos dalam) istilah Yunani) sebagai pembentukan pintu
masuknya, seperti terlihat pada setiap Kuil untuk semua dewa. Yunani memahami
prinsip dari pekerjaan menembok bangunan lengkung tetapi penggunaannya sangat
sedikit dalam bangunan Yunani dan bangunan Yunani tidak meletakkan kubah pada
atas bangunan mereka tetapi mengatapi bangunan mereka dengan balok kayu yang
ditutup dengan terra cotta ( atau adakalanya batu pualam).
Kuil adalah tempat terbaik yang
dikenal umum dalam dunia arsitektural. Kuil tidak mempunyai fungsi yang sama
dalam melayani seperti pada gerja modern. Untuk satu hal, altar memikul langit
yang terbuka di dalam temenos atau tempat pengorbanan suci. Kuil bertindak
sebagai tempat penyimpanan benda-benda yang dianggap berhubungan langsung
dengan dewa yang dipuja. Kuil adalah suatu tempat untuk pemuja dewa untuk
meninggalkan sesaji yang memenuhi nazar mereka, seperti persembahan patung,
Pada bagian dalam kuil, cella, begitu para pemuja sebagian besar menyimpan
barang pemujaan mereka dalam ruangan besi dan gudang. Dan bangunan itu pada
umumnya dilapisi oleh baris kolom yang lain.
Tiap-Tiap Kota di Yunani dengan
segala ukurannya juga mempunyai suatu palaestra atau ruang olah raga. Ruangan
ini sangat terbuka dengan atap terbuka menghadap ke langit dan dilapisi dengan
colonnades, digunakan untuk kejuaraan atletik dan latihan juga sebagai pusat
perkumpulan kegiatan sosial dan juga tempat perkumpulan kaum pria. Kota Yunani
juga perlu sedikitnya satu bouleuterion atau sidang, suatu bangunan yang besar
yang sebagai ruang pertemuanyang menempatkan dewan kota ( boule) dan sebagai
gedung pengadilan. Karena Yunani tidak menggunakan bangunan lengkung atau
kubah, mereka tidak bisa membangun ruang besar tanpa didukung oleh atap,
bouleuterion adalah baris tiang dan kolom internal yang digunakan untuk
menopang atap atas.
Terakhir, tiap-tiap Kota di Yunani
mempunyai suatu teater. Ini digunakan untuk pertemuan-pertemuan publik atau
drama. Acara di dalam teater berkisar pada abad ke 6 BC ( lihat Teater Yunani).
Teater pada umumnya yang ditetapkan dalam suatu lereng bukit di luar kota itu ,
dan mempunyai tempat duduk berupa barisan yang ditetapkan dalam suatu seperdua
lingkaran di sekitar area pusat orkes atau acara. Di belakang orkes adalah
suatu bangunan rendah yang disebut skene, yang mana bertindak sebagai suatu
gudang, suatu kamar ganti, dan juga sebagai latar belakang pada tindakan yang
berlangsung di dalam orkes atau pertunjukkan tersebut. Sejumlah Teater Yunani
hampir tetap utuh, yang terbaik yang dikenal adalah teater Epidaurus.
Ada dua gaya utama dalam Arsitektur
Yunani, yaitu Doric dan Ionik. Nama ini digunakan hanya untuk bangsa Yunani
sendiri. dan mencerminkan kepercayaan mereka pada Ionic dan Doric dari zaman
kegelapan, tetapi ini tidak sepenuhnya benar. gaya Doric digunakan di tanah
daratan Yunani dan tersebar dari sana pada wilayah jajahan Yunani di Italia.
gaya Yang bersifat ionik digunakan di kota besar Ionia ( sekarang pantai barat
Turki) dan sebagian dari pulau Aegean. Gaya Doric jadi lebih keras dan formal,
yang bersifat ionik jadi lebih longgar dan dekoratif. Gaya Corinthian yang
mempunyai banyak hiasan adalah perkembangan akhir dari gaya ionik. Gaya ini
dikenal hingga ke ibu kota, tetapi ada perbedaan banyak dalam poin-poin desain
dan dekorasi antara gaya tersebut.
2.
Zaman Pertengahan / Islam Klasik
Secara garis besar
filsafat abad pertengahan ini dapat dibagi menjadi dua periode yaitu: periode
Scholastik Islam dan periode Scholastik Kristen.
a)
Scholastik Islam
Para Scholastic Islamlah yang pertama mengenalkan
filsafatnya Aristoteles diantaranya adalah Ibnu Rusyd, ia mengenalkan kepada
orang-orang barat yang belum mengenal filsafat Aristoteles.
Para ahli fikir Islam (Scholastik Islam) yaitu
Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Gazali, Ibnu Rusyd dll.Mereka itulah yang
memberi sumbagan sangat besar bagi para filosof eropa yang menganggap bahwa
filsafat Aristoteles, Plato, dan Al-Quran adalah benar.Namun dalam kenyataannya
bangsa eropa tidak mengakui atas peranan ahli fikir Islam yang mengantarkam
kemoderenan bangsa barat.
b)
Scholastik Kristen
Pada masa ini kekuasaan agama masih begitu
berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan filasafat, khususnya di kawasan
Eropa. Adanya tren perbudakan membuat para pemikir ahli terbatas hanya dari
kaum agamis yang berada di gereja saja, karena mereka yang diluar gereja
terlalu disibukkan dengan urusan melayani orang lain, daripada memikirkan hal-
hal yang tidak mengenyangkan seperti filsafat.
Pada masa ini perkembangan filsafat dan ilmu
pengetahuan sangat buruk. Karena pihak gereja membatasi dan melarang para
filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan dan filsafat tidak
berkembang.
3.
Zaman Renaisance
Bila abad pertengahan
memegang teguh konsep ilmu pengetahuan sebagai rangkaian argumentasi, jaman
renaissance merombaknya dengan paham baru, yaitu bahwa ilmu pengetahuan itu
adalah soal eksperimentasi. Pembuktian kebenaran bukan lagi pembuktian
argumentatif-spekulatif, melainkan eksperimental-matematis-kalkulatif. Tokoh-tokohnya
antara lai: Galileo Galilei, Hobbes, Newton, Bacon.
Boleh
disimpulkan bahwa jaman renaissance adalah jaman pendobrakan manusia untuk
setia dan konstan dengan jati dirinya. Jaman ini sekaligus menggulirkan
semangat baru yang menghebohkan, terutama dalam hubungannya dengan karya seni,
ilmu pengetahuan, sastra dan aneka kreativitas manusia yang lain. Di sini
filsafat memegang fungsinya yang baru yaitu meletakkan dasar-dasar bangunan
pengembangan aneka ilmu alam/ pasti yang merintis hadirnya
tekhnologi-tekhnologi seperti yang kita nikmati sekarang ini.
Munculnya
Renaisance merupakan usaha pembaharuan kebudayaan Romawi dan Yunani yang pada
masa abad tengah / masa kegelapan sempat dilupakan, yaitu tipe manusia yang
otonom dan mandiri. Disini Renaissance lahir sebagai pembaharu untuk membentuk
manusia yang mandiri, utuh, otonom, dan bertanggungjawab. Pola pikir abad
tengah ( terbelenggu ajaran gereja ; disalahgunakan ) diganti dengan pola pikir
rasional baik SDA maupun SDM nya sehingga manusia bisa berkembang. Ditambah
dengan adanya factor perang salib yang mengakibatkan kekuatan gereja yang
semakin melemah, sehingga memberikan kesempatan untuk mendobrak dominasi gereja
dan kembali ke masa kejayaan seperti pada jaman romawi dan yunani kuno.
Perkembangan
pertama renaisans terjadi di kota Firenze. Keluarga Medici yang memiliki masalah dengan sistem
pemerintahan kepausan menjadi penyokong keuangan dengan usaha perdagangan di
wilayah Mediterania. Hal ini membuat para intelektual
dan seniman memiliki kebebasan besar karena tidak lagi perlu memikirkan
masalah keuangan dan mendapatkan perlindungan dari kutukan pihak gereja. Keleluasaan ini didukung oleh
tidak adanya kekuasaan dominan di Firenze. Kota ini dipengaruhi secara bersama
oleh bangsawan dan pedagang.
4.
Zaman Modern
Zaman modern merupakan zaman
tegaknya corak pemikiran filsafat yang berorientasi antroposentrisme, sebab
manusia menjadi pusat perhatian. Pada masa Yunani dan abad pertengahan filsafat
selalu mencari substansi prinsip induk seluruh kenyataan. Para filsuf Yunani
menemukan unsur-unsur kosmologi sebagai prinsip induk segala sesuatu yang ada.
Sementara para tokoh abad pertengahan, Tuhan menjadi prinsip bagi segala yang
ada, namun pada zaman modern, peranan substansi diambil alih oleh manusia
sebagai ‘subjek’ yang terletak di bawah seluruh kenyataan, dan memikul seluruh
kenyataan yang melingkupinya. Oleh karena itu zaman modern sering disebut
sebagai zaman pembentukan ‘subjektivitas’, karena seluruh sejarah filsafat
zaman modern dapat dilihat sebagai satu mata rantai perkembangan pemikiran
mengenai subjektivitas. Semua filsuf zaman modern menyelidiki segi-segi subjek
manusiawi. Aku sebagai pusat pemikiran, pusat pengamatan, pusat kebebasan,
pusat tindakan pusat kehendak, dan pusat perasaan.
Filsuf paling awal meletakkan dasar
filsafat secara modern dengan cara menyelidiki subjektivitas manusia dengan
pendekatan rasio adalah Rene Descartes, melalui Descarteslah warna kemoderenan
benar-benar hidup yang kemudian diikuti oleh filsuf-filsuf sesudahnya dengan
mengembangkan aliran-aliran lain seperti rasionalisme, empirisme, kritisisme,
idealisme, pragmatisme, eksistensialisme, sampai pada munculnya filsafat
analitik yang mempersoalkan kaidah bahasa dan penafsiran terhadap teks-teks dan
bahasa.
Akhir abad ke 16 Eropa memasuki abad
sangat menentukan dalam dunia perkembangan filsafat, sejak Descartes, Spinoza
dan Leibniz mencoba untuk menyusun suatu sistem filsafat dengan dunia yang
berpikir dalam pusatnya, yaitu suatu sistem berpikir rasional. Rasionalisme
adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat
terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Rasionalisme
pada dasarnya ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan filsafat, dalam agama
rasionalisme adalah lawan autoritas. Sementara dalam bidang filsafat
rasionalisme adalah lawan empirisme. Rasionalisme dalam bidang agama biasanya
digunakan untuk mengkritik ajaran agama, rasionalisme dalam filsafat berguna
sebagai teori pengetahuan.
Sejarah rasionalisme pada
esensialnya sudah ada sejak Thales ketika merumuskan filsafatnya, kemudian pada
kaum sofis dalam melawan filsafat Socrates, Plato dan Aristoteles, dan beberapa
filsuf sesudahnya. Dalam abad modern tokoh utama rasionalisme adalah Rene
Descartes, sebab Descarteslah orang yang membangun fondasi filsafat jauh
berbeda bahkan berlawanan dengan fondasi filsafat abad pertengahan. Dasar
filosofis utama Descartes adalah bahwa perkembangan filsafat sangat lambat bila
dibandingkan dengan laju perkembangan filsafat pada zaman sebelumnya. Ia
melihat tokoh-tokoh gereja yang mengatasnamakan agama telah menyebabkan
lambatnya perkembangan filsafat. Descartes ingin melepaskan dari dominasi
gereja dan mengembalikan pada semangat filsafat Yunani, yaitu filsafat yang
berbasis pada akal. Dengan demikian corak utama filsafat modern yang dimaksud
di sini adalah dianutnya kembali rasionalisme seperti pada masa Yunani kuno.
Rasionalisme yang dikembangkan oleh Descartes, kemudian dikembangkan lagi oleh
Spinoza, Leibniz dan Pascal.
C.
Konsep, Teori, dan Hukum Sains yang
Diperdebatkan
1.
Zaman Yunani Kuno
Pada
Zaman Pythagoras ada Herakleitos Di kota Ephesos dan menyatakan bahwa api
sebagai dasar segala sesuatu. Api adalah lambang perubahan, karena api
menyebabkan kayu atau bahan apa saja berubah menjadi abu sementara apinya
sendiri tetap menjadi api. Herakleitos juga berpandangan bahwa di dalam dunia
alamiah tidak sesuatupun yang tetap. Segala sesuatu yang ada sedang menjadi. Pernyataannya
yang masyhur “Pantarhei kai uden menei” yang artinya semuanya mengalir dan
tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap.Filosof pertama yang disebut sebagai
peletak dasar metafisika adalah Parmenides. Parmenides menolak faham pluralisme
dan realitas dalam berbagai macam perubahan: baginya segala sesuatu tidak dapat
dibagi, realitas tidak berubah, dan hal-hal yang tampak dan berbeda hanyalah
ilusi belaka, sehingga dapat dibantah dengan argumen/alasan. Tidak perlu
disangsikan lagi, faham ini mendapat banyak kritikan tajam.
2.
Zaman Pertengahan / Islam Klasik
Setelah
zaman Aristoteles, sejarah tidak mencatat lagi generasi penerus hingga
munculnya Al-Kindi pada tahun 801 M. Al-Kindi banyak belajar dari kitab-kitab
filsafat karangan Plato dan Aristoteles. Sepeninggal Al-Kindi, muncul
filosof-filosof Islam ternama yang terus mengembangkan filsafat, diantaranya
adalah Al-Farabi, Ibnu Sina, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhamad
Iqbal, dan Ibnu Rushd.
Pertentangan
antara filosof yang diwakili oleh Ibnu Rushd dan kaum ulama yang diwakili oleh
Al-Ghazali yang kemudian ada pelarangan penyebaran filsafat Ibnu Rushd
merupakan awal dari runtuhnya peradabaan Islam. Al-Ghazali berpendapat bahwa
mempelajari filsafat dapat menyebabkan seseorang menjadi atheis. Untuk mencapai
kebenaran sejati menurut Al-Ghazali hanya ada satu cara yaitu melalui tasawuf
(mistisisme). Buku karangan Al-Ghazali ini kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rushd
dalam karyanya.
Pada
pertengahan abad 12 kalangan gereja melakukan sensor terhadap karangan Ibnu
Rushd, sehingga saat itu berkembang 2 paham yaitu paham pembela Ibnu Rushd
(Averroisme) dan paham yang menentangnya. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa
apa yang diperdebatkan oleh kalangan filosof di Eropa Barat pada abad 12 dan 13,
tidak lain adalah masalah yang diperdebatkan oleh filosof Islam.
3.
Zaman Renaisance
Untuk memahami lebih lanjut sifat
individualistas dari zaman ini alangkah baiknya kita melihat siapa-siapa yang
lewat kemampuanya berusaha menemukan, meneliti, dan memunculkan hal-hal baru.
a. Dalam bidang Sains
Bidang
Astronomi
Ø Nikolaus Kopernikus (1473-1543)
Dia
menemukan bahwa matahari beredar di pusat jagat raya . Dan bumi mempunyai dua
gerak yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan
mengitari matahari. Teori kopernikus ini belum diterbitkan pada zamanya itu
karena takut ia akan dikucilkan dari gereja. Memang pada zaman itu pandanganya
belum modern.
Ø Yohanes Kepler (1571-1630)
Ia
menerima teori bahwa jagat raya berpusat pada matahari.
Ø Galileo Galilei (1564-1642)
Dialah
yang mula-mula menemukan pentingnya akselerasi dalam dinamika. Yang dimaksudkan
dengan Akselerasi adalah perubahan kecepatan baik dalam besarnya maupun dalam
geraknya . Dia juga yang mul-mula menetapkan hukum benda yang jatuh. Selain itu
juga ia menerima pandangan yag mengajarkkan bahwa matahari menjadi pusat jagat
raya seperti yang dikemukakan oleh koprnikus. Ia juga membuat teleskop setelah
berkenalan dengan teleskop buatan Hans Liper dari Nederland.
Dalam
bidang ilmu Negara
Ø Nicola Machiavelli (1469-1527)
Cita-cita
Machiavelli adalah memulihkan kebudayaan Romawi Kuno dahulu. Dalam buku yang
berjudul Il Principe cara-cara untuk mempertahankan negara. Menurutnya
kekuasaan dan kewibawaan penting untuk dipertahankan oleh seseorang demi menjaga
ketertiban masyarakat atau negara. Dia menngatakan bahwa pemimpin yang di
takuti lebih baik dari pemimpin yang dicintai belaka karena ketakutan bisa
mencegah timbulnya kecenderungan untuk melawan kekuasaan.
Dalam
penegasan ini kita boleh menemukan asas yang disampaikan “Tujuan menghalalkan
cara”. Dalam kondisi bagaimanapun pemimpin dibenarakan menempuh berbagai cara
asal ditujukan demi ketertiban umum dan keselamatan negara. Pemimpin negraa
tidak boleh menghiraukan masalah agama dan moral. Ia harus memanfaatkan situasi
untuk kepentingan negara. Aspek negatif dari teorinya ini adalah rakyat yang
dianggap bodoh dipergunkan untuk kemajuan negara.
Ø Thomas Hobbes (1588-1679)
Pada
tahun1651 ia menerbitkan bukunya “Leviatan”. Ungkapannya yang terkenal adalah
“Homo homini lupus”. Arti dari ungkapan ini berarti manusia senantiasa terancam
keselamatannya oleh sesamanya. Oleh karena itu manusia memerlukan adanya
lindungan bagi keselamatan warganya. Pusat lindungan itu adalah negara, maka
negara harus mempunyai kekuasaan mutlak.
4.
Zaman Modern
Paham yang berlawanan dengan
rasionalisme adalah empirisme. aliran ini lebih menekankan peranan pengalaman
dan mengecilkan peran akal dalam memperoleh pengetahuan. Sebagai suatu doktrin,
empirisme adalah lawan dari rasionalisme. Dalam menguatkkan doktrinya, empisme
mengembangkan dua teori, yaitu teori tentang makna yang begitu tampak pada
pemikiran J. Locke dalam buku An Essay concerning human understanding ketika
ia menentang innate idea (ide bawaan) rasionalisme Descartes. Teori
tentang makna kemudian dipertegas oleh D. Hume dalam bukunya Treatise of
human nature dengan cara membedakan antara idea dan kesan (impression). Pada
abad 20 kaum empirisis cendrung menggunakan teori makna mereka pada penentuan
apakah suatu konsep diterapkan dengan benar atau tidak. Filsafat empirisme
tentang teori makna berdekatan dengan positivisme logis. Oleh karena itu, bagi
penganut empirisis jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman kesadaran,
materi sebagai pola jumlah yang dapat diindera, dan hubungan kausalitas sebagai
urutan peristiwa yang sama.
Teori kedua yaitu teori pengetahuan,
menurut pengikut rasionalisme ada bbeberapa kebenaran umum seperti setiap
kejadian mempunyai sebab, seperti dasar-dasar matematika, dan beberapa prinsip
dasar etika yang dikenal dengan istilah kebenaran apriori yang diperoleh
lewat institusi rasional. Empirisme menolak pendapat seperti itu, mereka
menganggap bahwa kebenaran hanya aposteriori yaitu pengetahuan melalui
observasi. Tokoh empirisme yang eksis mengembangkan teori ini J. Locke, D. Hume
dan H. Spencer.
Rasionalisme dan empirisme dalam
pandangan kritisisme sudah terjebak pada paham eklusivisme, ke dua aliran ini
sama-sama mempertahankan kebenaran, seperti rasionalisme mengatakan bahwa
sumber pengetahuan adalah rasio, sementara empirisme mengatakan sumber
pengetahuan adalah pengalaman, padahal masing-masing aliran ini memiliki
kelemahan-kelemahan. Dalam kondisi seperti itu Immanual Kant tampil untuk
mendamaikan kedua aliran tersebut, menurut Kant bahwa pengetahuan merupakan
hasil kerja sama dua unsur yaitu ‘pengalaman inderawi’ dan ‘keaktifan akal
budi’. Pengalaman inderawi merupakan unsur aposteriori (yang datang
kemudian), akal budi merupakan unsur apriori (yang datang lebih dulu).
Empirisme dan rasionalisme hanya mementingkan satu dari dua unsur ini. Kant
telah memperlihatkan bahwa pengetahuan selalu merupakan sebuah sintesis.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian dari makalah diatas, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Ilmu arsitek berkembang pada zaman Yunani Kuno terbukti
dengan adanya ”Stonehenge’’ yang didirikan di Inggris dan
‘’Piramida’’ dibangun di Mesir, pada zaman Arab AL-khawarizmi telah
menyusun buku aljabar yang menjadi buku standar beberapa abad lamanya di
Eropa, pada zaman Renaisance berkembang dua sifat yang menjadi ciri dari
renaissance yaitu sifat individualistis dan sifat humanism, serta pada zaman
modern Sains modern semakin mempertegas
posisinya dalam gerakan positivisme abad 19.
2.
Ada dua gaya utama dalam Arsitektur Yunani, yaitu Doric dan
Ionik. Nama ini digunakan hanya untuk bangsa Yunani sendiri yang mencerminkan
kepercayaan mereka pada Ionic dan Doric dari zaman kegelapan. Pada zaman Arab
ada dua periode yaitu Scholastik Islam dan Scholastik Kristen. Munculnya
Renaisance merupakan usaha pembaharuan kebudayaan Romawi dan Yunani yang pada
masa abad tengah / masa kegelapan sempat dilupakan, yaitu tipe manusia yang
otonom dan mandiri. Filsuf paling awal meletakkan dasar filsafat secara modern
dengan cara menyelidiki subjektivitas manusia dengan pendekatan rasio adalah
Rene Descartes.
B.
Saran
Saran yang didapat adalah :
1.
Agar penulis serta pembaca lebih mengerti filsafat yang
dominan pada tiap-tiap zaman saat berkembangnya Ilmu pengetahuan.
2.
Penulis dan pembaca memahami proses berkembangnya ilmu
pengetahuan serta mengetahui konsep, teori, serta hukum yang diperdebatkan di
tiap-tiap zaman.
DAFTAR PUSTAKA
Edwarn, Abazel. http://obloabazelstyle.blogspot.com/2012/11/filsafat-zaman-renaissance.html. Filsafat Zaman Renaissance. Diakses pada 24 September 2013
El-saha
M. Ishom,M.A dan Saiful Hadi El-Sutha,S.Ag. 2004. Profil Ilmuwan Muslim Perintis Ilmu Pengetahuan Modern. Jakarta :
CV. Fauzan Inti Kreasi.
http://anggims.blogspot.com/2009/09/perkembangan-ilmu-pengetahuan-yunani.html . Perkembangan
Ilmu Pengetahuan. Diakses pada 24 September 2013.
http://cintynadya.wordpress.com/2012/09/19/perkembangan-sains-secara-umum/.
Perkembangan Sains Secara Umum.
Diakses pada 24 September 2013
http://vmanzberbagi.blogspot.com/2010/06/renaissance.html.
Renaisance. Diakses pada 24 September
2013.
Ulfa Nurussyifa. http://syifarachmat.wordpress.com/2012/07/04/perkembangan-iimu-pengetahuan-dari-zaman-yunani-kuno-hingga-zaman-kontemporer/. Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Dari Zaman Yunani Kuno Hingga Zaman Kontemporer. Diakses pada
24 September 2013

Makalah terkait perkembangan filsafat sains cukup menarik, dapat menambah info terkait filsafat sains, terutama bagi calon guru-guru sains... good job
BalasHapusMakalah ini bagus dapat membri informasi tentang ilmu-ilmu filsafat dalam sains. terimakasih
BalasHapusmakalahnya suadah bagus dan menari karena berisikan ilmu-ilmu filsafat sains :)
BalasHapusmakalah yang bagus guna mengetahui perkembangan filsafat sains dari masa ke masa, good jobb!!
BalasHapusmakalah tentang perkembangan filsafat ini cukup bagus untuk menambah pengetahuan tentang filsafat sains,, siip bagus :)
BalasHapusMenurut saya, makalah tentang perkembangan filsafat ini sangat menarik, bisa menambah informasi untuk kita semua :D
BalasHapusblognya uni, menarik dan tidak membosankan
BalasHapusartikelnya bagus, menambah pengetahuan :D
BalasHapusbagus sekali menambah pengetahuan, merci :)
BalasHapusartikelnya cukup menarik, bisa dijadikan referensi dalam mengerjakan tugas :) ditunggu postingan selanjutnya
BalasHapusartikel ini sangat bermanfaat, kita dapat mengetahui sejarah tentang filsafat sains.
BalasHapusyupzzz,,,, sama-sama semua. dan terima kasih sudah mampur di blog-ku.
BalasHapus