Kamis, 18 Desember 2014

SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT SAINS DARI ZAMAN KE ZAMAN




MAKALAH
SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT SAINS DARI ZAMAN KE ZAMAN





Oleh :
 Dza’ina Dzuun Ni’mah
123654210


PROGRAM PENDIDIKAN SAINS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2013
 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sifat keingintahuan manusia merupakan awal munculnya Ilmu sains atau Ilmu pengetahuan. Karena adanya rasa ingin tahu itulah manusia berfikir dan melakukan penelitian serta percobaan sehingga mendapat penemuan yang selanjutnya menjadi pengetahuan baru oleh manusia. Dari sana munculah peneliti-peneliti dan penemu-penemu yang terus menerus melakukan eksperimen sehingga teori-teori tersebut mendapat perkembangan dari zaman ke zaman. Meski beberapa penemuan yang dikemukakan terkadang memiliki perbedaaan pendapat satu sama lain, namun hakikatnya semua penemuan tersebut  saling melengkapi. Dari beberapa filsafat ilmu pengetahuan yang muncul dari zaman Yunani Kuno sampai zaman modern, filsafat yang dominan, proses penemuan pengetahuan dan hasil pengetahuan yang dipengaruhi perkembangan filsafat sains tersebut serta konsep, teori, dan hukum yang diperdebatkan akan dibahas oleh penulis di dalam makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, ada tiga rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1.      Filsafat manakah yang lebih dominan dari perkembangan filsafat sains pada zaman Yunani, zaman pertengahan, Renaisans, dan zaman sains modern?
2.      Bagaimanakah proses penemuan pengetahuan dan hasil pengetahuan yang dipengaruhi perkembangan filsafat sains dari zaman Yunani, zaman pertengahan, Renaisans, dan zaman sains modern?
3.      Konsep, teori, dan hukum yang diperdebatkan pada zaman Yunani, zaman pertengahan, Renaisans, dan zaman sains modern?

C.    Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui perkembangan yang lebih dominan filsafat sains pada zaman Yunani, zaman pertengahan, Renaisans, dan zaman sains modern.
2.      Mengetahui proses penemuan serta memahami hasil pengetahuan dari perkembangan filsafat sains pada zaman Yunani, zaman pertengahan, Renaisans, dan zaman sains modern.
3.      Mengetahui konsep, teori, dan hukum yang diperdebatkan pada zaman Yunani, zaman pertengahan, Renaisans, dan zaman sains modern.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Filsafat Dominan di Tiap Zaman
1.      Zaman Yunani Kuno
Ilmu pengetahuan abad ke-20 telah mengubah segalanya,  kemajuan- kemajuan serupa itu sebenarnya telah terjadi di masa-masa sebelumnya. Salah satunya terjadi kira-kira tahun 2500 SM, ketika ”Stonehenge’’ didirikan di Inggris dan ‘’Piramida’’ dibangun di Mesir. Kedua monument ini menyatukan gagasan astronomis dan religius yang kecanggihannya tidak sepenuhnya di ketahui hingga abad ini. Penyelidikan mendalam tentang Stonehenge dan piramida-piramida tersebut mengungkap pengetahuan matematika yang mengejutkan. Orang yang membangun kedua monumen ini telah memahami istilah-istilah praktis yang paling sederhana tentang hubungan antara dua sisi tegak dengan sisi miring dari segitiga siki-siku yang tertentu. Dengan kata lain mereka telah memahami dasar dari apa yang kita  kenal sebagai dalil Pythagoras sekitar 2000 tahun sebelum Pythagoras lahir. Pengaruh matematika Yunani berlanjut selama beraba-abad. Aritmatika, Geometri dan aljabar yang masih banyak digunakan saat ini. Phytagoras sebagai salah satu tokoh yang memiliki gagasan bahwa segala sesuatu di semesta dapat dinyatakan dengan angka.

2.      Zaman Pertengahan atau Islam Klasik
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan lainnya juga mengungkapkan tentang peranan dunia islam di dalamnya. Sekitar abad ke 7 M. Pada zaman Bani Umayyah, orang islam menemukan cara pengamatan astronomi. Kemudian pada tahun 825 M. M. AL-khawarizmi telah menyusun  buku aljabar yang menjadi buku standar beberapa abad lamanya di Eropa.

3.      Zaman Renaisance
a)      Bersifat individualistis
Zaman ini kita boleh katakan bahwa orang menemukan dua hal yaitu dunia dan dirinya sendiri. Orang mulai menemukan bahwa pengenalan akan dirinya sendiri merupakan suatu nilai dan sekaligus menjadi kekuatan bagi pribadinya. Penemuan akan kemampuan yang ada pada diri sendiri jusrtu membuka peluang bagi kelanjutan kreatifitas yaang mau dilakukan oleh manusia. Dalam suasana seperti ini muncullah suatu kesadaran akan kemampuan yang didasarkan pada rasio mansuia sendiri. Tak secara langsung orang mulai masuk pada sikap individualitas. Namun perlu diingat bahwa sikap ini sama sekali tidak punya arti yang sangat sempit. Dalam bidang filsafat misalnya, para pemikir berpendapat bahwa kretifitas yang ditunjuk lewat penemuan-penemuan tiada sedikitpun terikat pada wibawa apapun atau pada suatu keyakinan bersama. Kebenaran hendaknya harus dicapai pada kekuatan sendiri. Orang ingin menentukan sendiri apa yang harus diselidiki. Dengan jelas kita boleh katakan bahwa zaman ini cenderung pada sikap yang individual.
Lewat zaman inipun kita boleh temukan sejarah yang menampilkan banyak teori yang dipaparkan oleh orang-orang tertentu. Titik tolak dari individualitas ini didasarkan pada kebebasan mutlak bagi pemikiran dan penelitian, bebas dari pada tiap wibawa dan tradisi tertentu. Pengetahuan yang pasti bukan didapatkan dari pewarisan melainkan dari apa yang diperoleh manusia sendiri lewat kekuatan sendiri.
b)      Sifat humanisme
Dalam masa renaissance dicanangkannya humanisme sebagai nilai yang diunggulkan dalam usaha memahami permasalahan manusia dan kemanusiaan. Orang tidak lagi menghayati hidup dan pikirannya dengan memusatkan perhatian pada yang ilahi dalam hal ini yang bersifat Teosentris tetapi berusaha menampilkan diri sebagai manusia yang keratif. Paham Teosentris mulai bergeser menuju paham antroposentris. Sebuah paradigma yang menitik tolakan pemikiran, pengembangan ilmu dan perdaban pada manusia sebagai pusatnya. Di Italia pada abad 14 kata humanis sudah lazim dipakai. Para sarjana pemikir renaissance mempopulerkan istilah ini sampai pada abad 16. Paham humnisme ini tidak berhenti pada zaman ini. Paham ini berjalan terus sehingga memberikan sumbangan yang beser terhadap dunia. Dimana nilai kemartabatan mansuia dipandang begitu berharga. Hak ini bisa kita lihat dan nikmati sendiri pada zamn kita ini yaitu diresmikannya piagam hak-hak asasi manusia yang berlaku untuk seluruh dunia pada tahun 1948.

4.      Zaman Modern
Sains modern semakin mempertegas posisinya dalam gerakan positivisme abad 19. Istilah positivisme diperkenalkan oleh Augusto Comte . “Positif” berarti teori yang bertujuan untuk penyusunan fakta-fakta yang teramati. Dengan kata lain, positif sama dengan faktual, atau apa yang berdasarkan fakta-fakta. Dalam hal ini, positivisme menetapkan bahwa pengetahuan hendaknya tidak melampaui fakta-fakta. Oleh karena itu, konsekuensinya, metafisika harus ditolak.
Selanjutnya, fakta dimengerti sebagai fenomena yang dapat diobservasi, maka positivisme selalu terkait dengan empirisme. Yang dianggap pengetahuan sejati adalah pengalaman yang bersifat lahiriah, dan yang bisa diuji secara inderawi, oleh karena itu, positivisme adalah empirisme yang diradikalkan.

B.     Proses Penemuan Pengetahuan
1.      Zaman Yunani Kuno
Arsitektur ( bangunan yang dikerjakan menjadi suatu desain yang estetik) mulai berakhir di Yunani dari akhir periode Mycenaean ( sekitar 1200 BC) sampai abad ke 7 BC, manakala kehidupan kota dan kemakmuran kembali dan sampai batas di mana gedung pemerintah dapat dikerjakan. Tetapi sejak bangunan Yunani kuno berada di Archaic dan awal periode klasik dibuat dari kayu atau tanah liat, tidak ada apapun sisa reruntuhan di antara bangunan tersebut kecuali tanah dan di sana hampir tidak ada sumber tertulis tentang awal arsitektur atau uraian dari bangunan tersebut. Kebanyakan pengetahuan tentang Arsitektur Yunani datang dari minoritas bangunan yang menyangkut gaya klasik,Hellenistic dan periode Roma (sejak arsitektur roma mengikuti gaya Yunani). Ini berarti hanya kuil yang bangunannya kuat yang bertahan.
Arsitektur, seperti lukisan dan pahatan tidak dilihat sebagai suatu "seni" pada Periode Yunani jaman kuno. Arsitek adalah seorang tukang yang ahli yang dipekerjakan oleh bangsawan atau orang kaya. Tidak ada perbedaan antara arsitek dan pemborong bangunan. Arsitek merancang bangunan, menyewa tenaga kerja dan tenaga ahli untuk membangun dan bertanggung jawab atas anggaran dan penyelesaian tepat waktu kedua-duanya. Ia tidak menikmati statusnya, tidak seperti arsitek pada bangunan modern. Bahkan nama arsitek tidak dikenal sebelum abad ke 5. Seorang arsitek seperti Iktinos, yang merancang Parthenon, yang hari ini dinilai sebagai seorang arsitektur yang genius, diperlakukan pada waktu itu dalam seumur hidupnya tidak lebih daripada seorang pedagang.
Bentuk standar Gedung pemerintah Yunani dikenal mempunyai bantuk yang sama dari Parthenon, dan bahkan bangsa Roma membangun bangunan mereka ,engikuti gaya Yunani, seperti Kuil untuk semua dewa di Roma. Bangunan pada umumnya membentuk suatu dadu atau kubus ataupun suatu segiempat panjang dan dibuat dari batu gamping. Pualam adalah suatu material bangunan mahal di Yunani: pualam mutu tinggi datang hanya dari Mt Pentelus di Attica dan dari beberapa pulau seperti Paros, dan jalur transportasinya sangat sulit. Batu pualam digunakan dalam pahatan dekorasi, tidak berstruktur, kecuali di dalam bangunan paling agung periode zaman Klasik seperti Parthenon.
Titik dari atap Yunani yang rendah membuat suatu bentuk persegi tiga pada masing-masing tepi bangunan, pediment, yang mana pada umumnya diisi dengan dekorasi pahatan. Sepanjang sisi dari bangunan, antara kolom dan atap, adalah suatu baris blok sekarang dikenal sebagai entablature, yang permukaannya menyajikan suatu ruangang untuk memahat, dekorasi yang dikenal sebagai metopes dan triglyphs. Tidak ada yang dapat menyelamatkan bagunan Yunani dari keruntuhan, tetapi bangunan aslinya dapat dilihat pada beberapa tiruan dari bangunan modern Yunani, seperti Yunani Akademi Nasional yang membangun di Athena.
Format Arsitektur umum lainnya yang digunakan dalam arsitektur Yunani adalah tholos, suatu struktur lingkaran dimana contoh yang terbaik adalah pada Delphi (lihat gambar 1.3) dan tujuan religiusnya adalah melayani pemuja kuil, propylon atau serambi, yang mengapit pintu masuk ke ruangan terbuka dan cagar alam ( contoh yang terbaik yang dikenal adalah pada Acropolis Athens), dan stoa, suatu aula yang sempit panjang dengan suatu colonnade terbuka pada satu sisi yang digunakan untuk mengatur barisan kolom kuil Yunani. Suatu stoa yang telah dipugar adalah Stoa Attalus dapat dilihat di Athena.
Dasar dari segiempat panjang atau kubus pada umumnya diapit oleh colonnades ( baris kolom) pada bagian atas baik dua maupun pada keempat sisinya. Ini adalah format dari Parthenon. Sebagai alternatif, suatu bangunan berbentuk kubus akan membuat suatu serambi bertiang-tiang ( atau pronaos dalam) istilah Yunani) sebagai pembentukan pintu masuknya, seperti terlihat pada setiap Kuil untuk semua dewa. Yunani memahami prinsip dari pekerjaan menembok bangunan lengkung tetapi penggunaannya sangat sedikit dalam bangunan Yunani dan bangunan Yunani tidak meletakkan kubah pada atas bangunan mereka tetapi mengatapi bangunan mereka dengan balok kayu yang ditutup dengan terra cotta ( atau adakalanya batu pualam).
Kuil adalah tempat terbaik yang dikenal umum dalam dunia arsitektural. Kuil tidak mempunyai fungsi yang sama dalam melayani seperti pada gerja modern. Untuk satu hal, altar memikul langit yang terbuka di dalam temenos atau tempat pengorbanan suci. Kuil bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda yang dianggap berhubungan langsung dengan dewa yang dipuja. Kuil adalah suatu tempat untuk pemuja dewa untuk meninggalkan sesaji yang memenuhi nazar mereka, seperti persembahan patung, Pada bagian dalam kuil, cella, begitu para pemuja sebagian besar menyimpan barang pemujaan mereka dalam ruangan besi dan gudang. Dan bangunan itu pada umumnya dilapisi oleh baris kolom yang lain.
Tiap-Tiap Kota di Yunani dengan segala ukurannya juga mempunyai suatu palaestra atau ruang olah raga. Ruangan ini sangat terbuka dengan atap terbuka menghadap ke langit dan dilapisi dengan colonnades, digunakan untuk kejuaraan atletik dan latihan juga sebagai pusat perkumpulan kegiatan sosial dan juga tempat perkumpulan kaum pria. Kota Yunani juga perlu sedikitnya satu bouleuterion atau sidang, suatu bangunan yang besar yang sebagai ruang pertemuanyang menempatkan dewan kota ( boule) dan sebagai gedung pengadilan. Karena Yunani tidak menggunakan bangunan lengkung atau kubah, mereka tidak bisa membangun ruang besar tanpa didukung oleh atap, bouleuterion adalah baris tiang dan kolom internal yang digunakan untuk menopang atap atas.
Terakhir, tiap-tiap Kota di Yunani mempunyai suatu teater. Ini digunakan untuk pertemuan-pertemuan publik atau drama. Acara di dalam teater berkisar pada abad ke 6 BC ( lihat Teater Yunani). Teater pada umumnya yang ditetapkan dalam suatu lereng bukit di luar kota itu , dan mempunyai tempat duduk berupa barisan yang ditetapkan dalam suatu seperdua lingkaran di sekitar area pusat orkes atau acara. Di belakang orkes adalah suatu bangunan rendah yang disebut skene, yang mana bertindak sebagai suatu gudang, suatu kamar ganti, dan juga sebagai latar belakang pada tindakan yang berlangsung di dalam orkes atau pertunjukkan tersebut. Sejumlah Teater Yunani hampir tetap utuh, yang terbaik yang dikenal adalah teater Epidaurus.
Ada dua gaya utama dalam Arsitektur Yunani, yaitu Doric dan Ionik. Nama ini digunakan hanya untuk bangsa Yunani sendiri. dan mencerminkan kepercayaan mereka pada Ionic dan Doric dari zaman kegelapan, tetapi ini tidak sepenuhnya benar. gaya Doric digunakan di tanah daratan Yunani dan tersebar dari sana pada wilayah jajahan Yunani di Italia. gaya Yang bersifat ionik digunakan di kota besar Ionia ( sekarang pantai barat Turki) dan sebagian dari pulau Aegean. Gaya Doric jadi lebih keras dan formal, yang bersifat ionik jadi lebih longgar dan dekoratif. Gaya Corinthian yang mempunyai banyak hiasan adalah perkembangan akhir dari gaya ionik. Gaya ini dikenal hingga ke ibu kota, tetapi ada perbedaan banyak dalam poin-poin desain dan dekorasi antara gaya tersebut.
2.      Zaman Pertengahan / Islam Klasik
Secara garis besar filsafat abad pertengahan ini dapat dibagi menjadi dua periode yaitu: periode Scholastik Islam dan periode Scholastik Kristen.
a)      Scholastik Islam
Para Scholastic Islamlah yang pertama mengenalkan filsafatnya Aristoteles diantaranya adalah Ibnu Rusyd, ia mengenalkan kepada orang-orang barat yang belum mengenal filsafat Aristoteles.
Para ahli fikir Islam (Scholastik Islam) yaitu Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Gazali, Ibnu Rusyd dll.Mereka itulah yang memberi sumbagan sangat besar bagi para filosof eropa yang menganggap bahwa filsafat Aristoteles, Plato, dan Al-Quran adalah benar.Namun dalam kenyataannya bangsa eropa tidak mengakui atas peranan ahli fikir Islam yang mengantarkam kemoderenan bangsa barat.
b)      Scholastik Kristen
Pada masa ini kekuasaan agama masih begitu berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan filasafat, khususnya di kawasan Eropa. Adanya tren perbudakan membuat para pemikir ahli terbatas hanya dari kaum agamis yang berada di gereja saja, karena mereka yang diluar gereja terlalu disibukkan dengan urusan melayani orang lain, daripada memikirkan hal- hal yang tidak mengenyangkan seperti filsafat.
Pada masa ini perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan sangat buruk. Karena pihak gereja membatasi dan melarang para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan dan filsafat tidak berkembang.

3.      Zaman Renaisance
Bila abad pertengahan memegang teguh konsep ilmu pengetahuan sebagai rangkaian argumentasi, jaman renaissance merombaknya dengan paham baru, yaitu bahwa ilmu pengetahuan itu adalah soal eksperimentasi. Pembuktian kebenaran bukan lagi pembuktian argumentatif-spekulatif, melainkan eksperimental-matematis-kalkulatif. Tokoh-tokohnya antara lai: Galileo Galilei, Hobbes, Newton, Bacon.
Boleh disimpulkan bahwa jaman renaissance adalah jaman pendobrakan manusia untuk setia dan konstan dengan jati dirinya. Jaman ini sekaligus menggulirkan semangat baru yang menghebohkan, terutama dalam hubungannya dengan karya seni, ilmu pengetahuan, sastra dan aneka kreativitas manusia yang lain. Di sini filsafat memegang fungsinya yang baru yaitu meletakkan dasar-dasar bangunan pengembangan aneka ilmu alam/ pasti yang merintis hadirnya tekhnologi-tekhnologi seperti yang kita nikmati sekarang ini.
Munculnya Renaisance merupakan usaha pembaharuan kebudayaan Romawi dan Yunani yang pada masa abad tengah / masa kegelapan sempat dilupakan, yaitu tipe manusia yang otonom dan mandiri. Disini Renaissance lahir sebagai pembaharu untuk membentuk manusia yang mandiri, utuh, otonom, dan bertanggungjawab. Pola pikir abad tengah ( terbelenggu ajaran gereja ; disalahgunakan ) diganti dengan pola pikir rasional baik SDA maupun SDM nya sehingga manusia bisa berkembang. Ditambah dengan adanya factor perang salib yang mengakibatkan kekuatan gereja yang semakin melemah, sehingga memberikan kesempatan untuk mendobrak dominasi gereja dan kembali ke masa kejayaan seperti pada jaman romawi dan yunani kuno.
Perkembangan pertama renaisans terjadi di kota Firenze. Keluarga Medici yang memiliki masalah dengan sistem pemerintahan kepausan menjadi penyokong keuangan dengan usaha perdagangan di wilayah Mediterania. Hal ini membuat para intelektual dan seniman memiliki kebebasan besar karena tidak lagi perlu memikirkan masalah keuangan dan mendapatkan perlindungan dari kutukan pihak gereja. Keleluasaan ini didukung oleh tidak adanya kekuasaan dominan di Firenze. Kota ini dipengaruhi secara bersama oleh bangsawan dan pedagang.
4.      Zaman Modern
Zaman modern merupakan zaman tegaknya corak pemikiran filsafat yang berorientasi antroposentrisme, sebab manusia menjadi pusat perhatian. Pada masa Yunani dan abad pertengahan filsafat selalu mencari substansi prinsip induk seluruh kenyataan. Para filsuf Yunani menemukan unsur-unsur kosmologi sebagai prinsip induk segala sesuatu yang ada. Sementara para tokoh abad pertengahan, Tuhan menjadi prinsip bagi segala yang ada, namun pada zaman modern, peranan substansi diambil alih oleh manusia sebagai ‘subjek’ yang terletak di bawah seluruh kenyataan, dan memikul seluruh kenyataan yang melingkupinya. Oleh karena itu zaman modern sering disebut sebagai zaman pembentukan ‘subjektivitas’, karena seluruh sejarah filsafat zaman modern dapat dilihat sebagai satu mata rantai perkembangan pemikiran mengenai subjektivitas. Semua filsuf zaman modern menyelidiki segi-segi subjek manusiawi. Aku sebagai pusat pemikiran, pusat pengamatan, pusat kebebasan, pusat tindakan pusat kehendak, dan pusat perasaan.
Filsuf paling awal meletakkan dasar filsafat secara modern dengan cara menyelidiki subjektivitas manusia dengan pendekatan rasio adalah Rene Descartes, melalui Descarteslah warna kemoderenan benar-benar hidup yang kemudian diikuti oleh filsuf-filsuf sesudahnya dengan mengembangkan aliran-aliran lain seperti rasionalisme, empirisme, kritisisme, idealisme, pragmatisme, eksistensialisme, sampai pada munculnya filsafat analitik yang mempersoalkan kaidah bahasa dan penafsiran terhadap teks-teks dan bahasa.
Akhir abad ke 16 Eropa memasuki abad sangat menentukan dalam dunia perkembangan filsafat, sejak Descartes, Spinoza dan Leibniz mencoba untuk menyusun suatu sistem filsafat dengan dunia yang berpikir dalam pusatnya, yaitu suatu sistem berpikir rasional. Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Rasionalisme pada dasarnya ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan filsafat, dalam agama rasionalisme adalah lawan autoritas. Sementara dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan empirisme. Rasionalisme dalam bidang agama biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama, rasionalisme dalam filsafat berguna sebagai teori pengetahuan.
Sejarah rasionalisme pada esensialnya sudah ada sejak Thales ketika merumuskan filsafatnya, kemudian pada kaum sofis dalam melawan filsafat Socrates, Plato dan Aristoteles, dan beberapa filsuf sesudahnya. Dalam abad modern tokoh utama rasionalisme adalah Rene Descartes, sebab Descarteslah orang yang membangun fondasi filsafat jauh berbeda bahkan berlawanan dengan fondasi filsafat abad pertengahan. Dasar filosofis utama Descartes adalah bahwa perkembangan filsafat sangat lambat bila dibandingkan dengan laju perkembangan filsafat pada zaman sebelumnya. Ia melihat tokoh-tokoh gereja yang mengatasnamakan agama telah menyebabkan lambatnya perkembangan filsafat. Descartes ingin melepaskan dari dominasi gereja dan mengembalikan pada semangat filsafat Yunani, yaitu filsafat yang berbasis pada akal. Dengan demikian corak utama filsafat modern yang dimaksud di sini adalah dianutnya kembali rasionalisme seperti pada masa Yunani kuno. Rasionalisme yang dikembangkan oleh Descartes, kemudian dikembangkan lagi oleh Spinoza, Leibniz dan Pascal.
C.    Konsep, Teori, dan Hukum Sains yang Diperdebatkan
1.      Zaman Yunani Kuno
Pada Zaman Pythagoras ada Herakleitos Di kota Ephesos dan menyatakan bahwa api sebagai dasar segala sesuatu. Api adalah lambang perubahan, karena api menyebabkan kayu atau bahan apa saja berubah menjadi abu sementara apinya sendiri tetap menjadi api. Herakleitos juga berpandangan bahwa di dalam dunia alamiah tidak sesuatupun yang tetap. Segala sesuatu yang ada sedang menjadi. Pernyataannya yang masyhur “Pantarhei kai uden menei” yang artinya semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap.Filosof pertama yang disebut sebagai peletak dasar metafisika adalah Parmenides. Parmenides menolak faham pluralisme dan realitas dalam berbagai macam perubahan: baginya segala sesuatu tidak dapat dibagi, realitas tidak berubah, dan hal-hal yang tampak dan berbeda hanyalah ilusi belaka, sehingga dapat dibantah dengan argumen/alasan. Tidak perlu disangsikan lagi, faham ini mendapat banyak kritikan tajam.
2.      Zaman Pertengahan / Islam Klasik
Setelah zaman Aristoteles, sejarah tidak mencatat lagi generasi penerus hingga munculnya Al-Kindi pada tahun 801 M. Al-Kindi banyak belajar dari kitab-kitab filsafat karangan Plato dan Aristoteles. Sepeninggal Al-Kindi, muncul filosof-filosof Islam ternama yang terus mengembangkan filsafat, diantaranya adalah Al-Farabi, Ibnu Sina, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhamad Iqbal, dan Ibnu Rushd.
Pertentangan antara filosof yang diwakili oleh Ibnu Rushd dan kaum ulama yang diwakili oleh Al-Ghazali yang kemudian ada pelarangan penyebaran filsafat Ibnu Rushd merupakan awal dari runtuhnya peradabaan Islam. Al-Ghazali berpendapat bahwa mempelajari filsafat dapat menyebabkan seseorang menjadi atheis. Untuk mencapai kebenaran sejati menurut Al-Ghazali hanya ada satu cara yaitu melalui tasawuf (mistisisme). Buku karangan Al-Ghazali ini kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rushd dalam karyanya.
Pada pertengahan abad 12 kalangan gereja melakukan sensor terhadap karangan Ibnu Rushd, sehingga saat itu berkembang 2 paham yaitu paham pembela Ibnu Rushd (Averroisme) dan paham yang menentangnya. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa apa yang diperdebatkan oleh kalangan filosof di Eropa Barat pada abad 12 dan 13, tidak lain adalah masalah yang diperdebatkan oleh filosof Islam.
3.      Zaman Renaisance
Untuk memahami lebih lanjut sifat individualistas dari zaman ini alangkah baiknya kita melihat siapa-siapa yang lewat kemampuanya berusaha menemukan, meneliti, dan memunculkan hal-hal baru.
a.       Dalam bidang Sains
Bidang Astronomi
Ø  Nikolaus Kopernikus (1473-1543)
Dia menemukan bahwa matahari beredar di pusat jagat raya . Dan bumi mempunyai dua gerak yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan mengitari matahari. Teori kopernikus ini belum diterbitkan pada zamanya itu karena takut ia akan dikucilkan dari gereja. Memang pada zaman itu pandanganya belum modern.
Ø  Yohanes Kepler (1571-1630)
Ia menerima teori bahwa jagat raya berpusat pada matahari.
Ø  Galileo Galilei (1564-1642)
Dialah yang mula-mula menemukan pentingnya akselerasi dalam dinamika. Yang dimaksudkan dengan Akselerasi adalah perubahan kecepatan baik dalam besarnya maupun dalam geraknya . Dia juga yang mul-mula menetapkan hukum benda yang jatuh. Selain itu juga ia menerima pandangan yag mengajarkkan bahwa matahari menjadi pusat jagat raya seperti yang dikemukakan oleh koprnikus. Ia juga membuat teleskop setelah berkenalan dengan teleskop buatan Hans Liper dari Nederland.
Dalam bidang ilmu Negara
Ø  Nicola Machiavelli (1469-1527)
Cita-cita Machiavelli adalah memulihkan kebudayaan Romawi Kuno dahulu. Dalam buku yang berjudul Il Principe cara-cara untuk mempertahankan negara. Menurutnya kekuasaan dan kewibawaan penting untuk dipertahankan oleh seseorang demi menjaga ketertiban masyarakat atau negara. Dia menngatakan bahwa pemimpin yang di takuti lebih baik dari pemimpin yang dicintai belaka karena ketakutan bisa mencegah timbulnya kecenderungan untuk melawan kekuasaan.
Dalam penegasan ini kita boleh menemukan asas yang disampaikan “Tujuan menghalalkan cara”. Dalam kondisi bagaimanapun pemimpin dibenarakan menempuh berbagai cara asal ditujukan demi ketertiban umum dan keselamatan negara. Pemimpin negraa tidak boleh menghiraukan masalah agama dan moral. Ia harus memanfaatkan situasi untuk kepentingan negara. Aspek negatif dari teorinya ini adalah rakyat yang dianggap bodoh dipergunkan untuk kemajuan negara.
Ø  Thomas Hobbes (1588-1679)
Pada tahun1651 ia menerbitkan bukunya “Leviatan”. Ungkapannya yang terkenal adalah “Homo homini lupus”. Arti dari ungkapan ini berarti manusia senantiasa terancam keselamatannya oleh sesamanya. Oleh karena itu manusia memerlukan adanya lindungan bagi keselamatan warganya. Pusat lindungan itu adalah negara, maka negara harus mempunyai kekuasaan mutlak.
4.      Zaman Modern
Paham yang berlawanan dengan rasionalisme adalah empirisme. aliran ini lebih menekankan peranan pengalaman dan mengecilkan peran akal dalam memperoleh pengetahuan. Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan dari rasionalisme. Dalam menguatkkan doktrinya, empisme mengembangkan dua teori, yaitu teori tentang makna yang begitu tampak pada pemikiran J. Locke  dalam buku An Essay concerning human understanding ketika ia menentang innate idea (ide bawaan) rasionalisme Descartes. Teori tentang makna kemudian dipertegas oleh D. Hume dalam bukunya Treatise of human nature dengan cara membedakan antara idea dan kesan (impression). Pada abad 20 kaum empirisis cendrung menggunakan teori makna mereka pada penentuan apakah suatu konsep diterapkan dengan benar atau tidak. Filsafat empirisme tentang teori makna berdekatan dengan positivisme logis. Oleh karena itu, bagi penganut empirisis jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman kesadaran, materi sebagai pola jumlah yang dapat diindera, dan hubungan kausalitas sebagai urutan peristiwa yang sama.
Teori kedua yaitu teori pengetahuan, menurut pengikut rasionalisme ada bbeberapa kebenaran umum seperti setiap kejadian mempunyai sebab, seperti dasar-dasar matematika, dan beberapa prinsip dasar etika yang dikenal dengan istilah kebenaran apriori yang diperoleh lewat institusi rasional. Empirisme menolak pendapat seperti itu, mereka menganggap bahwa kebenaran hanya aposteriori yaitu pengetahuan melalui observasi. Tokoh empirisme yang eksis mengembangkan teori ini J. Locke, D. Hume dan H. Spencer.
Rasionalisme dan empirisme dalam pandangan kritisisme sudah terjebak pada paham eklusivisme, ke dua aliran ini sama-sama mempertahankan kebenaran, seperti rasionalisme mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio, sementara empirisme mengatakan sumber pengetahuan adalah pengalaman, padahal masing-masing aliran ini memiliki kelemahan-kelemahan. Dalam kondisi seperti itu Immanual Kant tampil untuk mendamaikan kedua aliran tersebut, menurut Kant bahwa pengetahuan merupakan hasil kerja sama dua unsur yaitu ‘pengalaman inderawi’ dan ‘keaktifan akal budi’. Pengalaman inderawi merupakan unsur aposteriori (yang datang kemudian), akal budi merupakan unsur apriori (yang datang lebih dulu). Empirisme dan rasionalisme hanya mementingkan satu dari dua unsur ini. Kant telah memperlihatkan bahwa pengetahuan selalu merupakan sebuah sintesis.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian dari makalah diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.      Ilmu arsitek berkembang pada zaman Yunani Kuno terbukti dengan adanya ”Stonehenge’’ yang didirikan di Inggris dan ‘’Piramida’’ dibangun di Mesir, pada zaman Arab AL-khawarizmi telah menyusun  buku aljabar yang menjadi buku standar beberapa abad lamanya di Eropa, pada zaman Renaisance berkembang dua sifat yang menjadi ciri dari renaissance yaitu sifat individualistis dan sifat humanism, serta pada zaman modern Sains modern semakin mempertegas posisinya dalam gerakan positivisme abad 19.
2.      Ada dua gaya utama dalam Arsitektur Yunani, yaitu Doric dan Ionik. Nama ini digunakan hanya untuk bangsa Yunani sendiri yang mencerminkan kepercayaan mereka pada Ionic dan Doric dari zaman kegelapan. Pada zaman Arab ada dua periode yaitu Scholastik Islam dan Scholastik Kristen. Munculnya Renaisance merupakan usaha pembaharuan kebudayaan Romawi dan Yunani yang pada masa abad tengah / masa kegelapan sempat dilupakan, yaitu tipe manusia yang otonom dan mandiri. Filsuf paling awal meletakkan dasar filsafat secara modern dengan cara menyelidiki subjektivitas manusia dengan pendekatan rasio adalah Rene Descartes.

B.     Saran
Saran yang didapat adalah :
1.      Agar penulis serta pembaca lebih mengerti filsafat yang dominan pada tiap-tiap zaman saat berkembangnya Ilmu pengetahuan.
2.      Penulis dan pembaca memahami proses berkembangnya ilmu pengetahuan serta mengetahui konsep, teori, serta hukum yang diperdebatkan di tiap-tiap zaman.

DAFTAR PUSTAKA

Edwarn, Abazel. http://obloabazelstyle.blogspot.com/2012/11/filsafat-zaman-renaissance.html. Filsafat Zaman Renaissance. Diakses pada 24 September 2013
El-saha M. Ishom,M.A dan Saiful Hadi El-Sutha,S.Ag. 2004. Profil Ilmuwan Muslim Perintis Ilmu Pengetahuan Modern. Jakarta : CV. Fauzan Inti Kreasi.
http://anggims.blogspot.com/2009/09/perkembangan-ilmu-pengetahuan-yunani.html . Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Diakses pada 24 September 2013.
http://cintynadya.wordpress.com/2012/09/19/perkembangan-sains-secara-umum/. Perkembangan Sains Secara Umum. Diakses pada 24 September 2013
http://vmanzberbagi.blogspot.com/2010/06/renaissance.html. Renaisance. Diakses pada 24 September 2013.
Ulfa Nurussyifa. http://syifarachmat.wordpress.com/2012/07/04/perkembangan-iimu-pengetahuan-dari-zaman-yunani-kuno-hingga-zaman-kontemporer/. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dari Zaman Yunani Kuno Hingga Zaman Kontemporer. Diakses pada 24 September 2013

12 komentar:

  1. Makalah terkait perkembangan filsafat sains cukup menarik, dapat menambah info terkait filsafat sains, terutama bagi calon guru-guru sains... good job

    BalasHapus
  2. Makalah ini bagus dapat membri informasi tentang ilmu-ilmu filsafat dalam sains. terimakasih

    BalasHapus
  3. makalahnya suadah bagus dan menari karena berisikan ilmu-ilmu filsafat sains :)

    BalasHapus
  4. makalah yang bagus guna mengetahui perkembangan filsafat sains dari masa ke masa, good jobb!!

    BalasHapus
  5. makalah tentang perkembangan filsafat ini cukup bagus untuk menambah pengetahuan tentang filsafat sains,, siip bagus :)

    BalasHapus
  6. Menurut saya, makalah tentang perkembangan filsafat ini sangat menarik, bisa menambah informasi untuk kita semua :D

    BalasHapus
  7. blognya uni, menarik dan tidak membosankan

    BalasHapus
  8. artikelnya bagus, menambah pengetahuan :D

    BalasHapus
  9. bagus sekali menambah pengetahuan, merci :)

    BalasHapus
  10. artikelnya cukup menarik, bisa dijadikan referensi dalam mengerjakan tugas :) ditunggu postingan selanjutnya

    BalasHapus
  11. artikel ini sangat bermanfaat, kita dapat mengetahui sejarah tentang filsafat sains.

    BalasHapus
  12. yupzzz,,,, sama-sama semua. dan terima kasih sudah mampur di blog-ku.

    BalasHapus